Budaya Kutai Jadi Identitas Visual UMKM di Kawasan SOE

Kabid Pengembangan Ekonomi Kreatif Dispar Kukar, Zikri Umulda

ayobaca.co, kukar – Upaya memperkuat identitas budaya lokal terus digencarkan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Salah satu langkah nyata terlihat dari kebijakan Dinas Pariwisata Kukar yang mewajibkan pelaku UMKM di kawasan Simpang Odah Etam (SOE), Kelurahan Panji, untuk mengenakan atribut khas Kutai saat berjualan.

Kebijakan ini diterapkan sebagai strategi menghadirkan nuansa budaya yang kental di ruang publik yang kini berkembang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan berbasis kearifan lokal di Kota Raja.

Kabid Pengembangan Ekonomi Kreatif Dispar Kukar, Zikri Umulda, menyebut bahwa penggunaan atribut khas seperti pesapu dan batik Kutai bukan sekadar formalitas, melainkan representasi komitmen pelaku usaha terhadap pelestarian budaya.

“Kami ingin kawasan SOE bukan hanya jadi tempat jual beli, tapi juga ruang budaya yang hidup,” ujar Zikri saat ditemui wartawan belum lama ini.

Menurutnya, pengalaman wisata harus dibangun tidak hanya dari atraksi atau produk, tetapi juga dari suasana dan tampilan visual yang mencerminkan kekayaan budaya setempat.

“Pengunjung yang datang akan merasa lebih terlibat ketika mereka langsung melihat identitas budaya itu melekat pada pelaku usahanya,” tambahnya.

Dinas Pariwisata Kukar juga tengah membenahi kawasan SOE secara menyeluruh dengan menambahkan ornamen khas seperti gapura adat, lampu bergaya etnik, dan papan informasi beraksara Kutai.

Zikri menekankan bahwa keberhasilan penataan ini membutuhkan kolaborasi lintas sektor agar kawasan SOE bisa tampil ikonik dan menjadi pusat kegiatan budaya di Kukar.

“Kami menggandeng Dishub, Dinas PUPR, hingga pelaku swasta untuk mewujudkan penataan kawasan ini secara menyeluruh dan terpadu,” ujarnya menjelaskan.

Ia berharap inisiatif mengenakan atribut budaya oleh para pelaku UMKM ini menjadi langkah awal menanamkan kebanggaan terhadap budaya lokal, sekaligus memperkuat daya tarik wisata Kukar secara keseluruhan.

“Ketika pelaku usaha menjadi bagian dari narasi budaya, maka mereka tidak hanya menjual produk, tapi juga memperkenalkan identitas kita kepada dunia,” tutupnya. (adv/dispar kukar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *