Selamat Jalan Prof Sarosa, Selamat Jalan Guru Kami

HARI masih pagi. Hari baik Jum’at (2 Mei 2025) usai subuhan di masjid, terkejut saya buka HP. Di salah satu WA grub ada info Prof H. Sarosa Hamongpranoto meninggal dunia. Disebutkan beliau meninggal Jumat, 2 Mei 2025 Pukul 03.27 Wita. Rumah duka Jl Pramuka 19 No. 52 Samarinda. Beliau meninggal pada usia 78 tahun.

Bergegas saya WA Mas Tri Nugroho, menantu Prof Sarosa. Kebetulan Mas Tri  adalah Tenaga Ahli (TA) di DPRD Kaltim, kini TA kami di Komisi IV DPRD Kaltim. Dari Mas Tri, saya dapat informasi jika sejak Sabtu lalu atau seminggu Prof Sarosa sudah masuk RSUD Abdoel Wahab Sjahranie dengan keluhan penyakit jantung yang dideritanya. Jenazah dishalatkan di Masjid Alfatihah Universitas Mulawarman (Unmul) Gunung Kelua, dan dimakamkan di pemakaman umum Jl Abdoel Wahab Sjahranie, Samarinda.

Kembali soal Prof Sarosa, jadi teringat terakhir saya bertemu beliau sekitar dua bulan lalu di rumah makan di kawasan Voorvo, Samarinda. Sempat ngobrol sejumlah tema, termasuk tema pendidikan, politik dan paguyuban Jawa di Kalimantan Timur. Soal pendidikan kata beliau penting pemimpin di daerah itu membuka akses pendidikan seluas luasnya bagi rakyat. Harusnya pendidikan itu gratis. Soal politik beliau sempat bilang tantangan pemimpin hebat yang punya kapasitas itu ketika akan menduduki posisi lebih hebat adalah kalah dengan pendanaan atau logistik. Kapasitas sering dikalahkan dengan isi tas. Soal paguyuban beliau berharap agar tidak meninggalkan esensinya yaitu persaudaraan, guyub dan rukun. “Paguyuban Jawa itu juga harus rukun baik sesama Jawa maupun dengan etnis – etnis lain di Kaltim ini. Tujuan berdirinya  paguyuban itu kan persaudaraan,” kata Prof Sarosa yang merupakan salah satu pendiri Ika Pakarti di Kaltim.

Sebelum obrolan di rumah makan berakhir, sempat beliau menyampaikan selamat ke saya yang disebutnya salut dengan semangat belajar. Wakil rakyat bisa Sarjana (S1) dua kali, Magister (S2) empat kali dan doktor (S3) yang segera akan dua kali. Apalagi masih punya waktu jadi dosen, mengajar.  Beliau juga sempat bercanda. “Tapi enaknya jadi guru dan orang tua seperti saya: saya yang makan, murid yang membayar,” canda suami Ibu Hj Martuti ini.

Prof Sarosa memang tipe orang tua dan guru yang humanis, santun, sabar, mendidik, ngemong, dan selalu menjadi pendengar yang baik bagi siapa saja. Saat menjadi pejabat kampus, beliau sering menjadi  penolong mahasiswa yang mendekati Drop Out (DO) 7 tahun, juga sering back up aksi mahasiswa. Saat aksi reformasi 1998 misalnya, beberapa mahasiswa ditahan polisi, beliau tampil menjadi penjamin kebebasan.

Sebagai penasehat hukum, kakek dari Anindayu Gendhis Nareswari dan Anandanu Hario Danajaya ini disebut  banyak kalangan jika memberi saran dan solusi  seperti mengandung energi dan motivasi perjuangan meraih pencapaian. Jitu dan paten. Saran – sarannya praktis, implementatif dan memenangkan dengan alas hukum yang kuat.

Terkait saya dalam pembelajaran, setidaknya dua kali saya menerima pengajaran beliau. Pertama Mata Kuliah Hukum Lingkungan,  saat kuliah di Magister Ilmu Lingkungan Unmul, dan Mata Kuliah Filsafat Hukum Lanjutan di Program S3 Ilmu Hukum. Menjelaskan dengan sejelas-sejelasnya dan jika ada yang bertanya mampu menjawab dengan kedalaman ilmunya serta contoh-contoh kasus praktis di kehidupan sehari hari.
“Selamat jalan guru kami. Banyak yang telah almarhum berikan dan dedikasikan bagi Unmul dan pembangunan Kaltim. Kita bersaksi beliau orang baik,” kata Rektor Unmul Prof Abdunnur dalam sambutannya di rumah duka dan dihadapan Gubernur Kaltim Dr Rudy Mas’ud, mantan Rektor Unmul Prof Masjaya serta banyak tokoh yang hadir.

TOKOH PENDIDIKAN
Sosok Prof Sarosa tak lepas dari dunia pendidikan  khususnya bidang sosial, politik dan hukum.  Putra Raden Hamongpranoto ini memulai terjun ke dunia pendidikan tahun 1973 sebagai pengajar Unmul di Cabang Balikpapan. Tahun 1976 menjadi dosen tetap dan Ketua Jurusan Sosiatri, kemudian tahun 1985 ada program penyatuan Unmul ke Samarinda, sehingga Prof Sarosa pun hijrah ke Kota Tepian dan didaulat menjadi Pembantu Rektor (PR) III Unmul.
Selanjutnya ayah Ayu Fetriana Rosati ini tahun 1993 – 1997 menjabat Pembantu Dekan (PD) I Fisipol Unmul, Tahun 1997 – 2003 menjabat Dekan Fisipol Unmul, dan Tahun 2003 – 2007 menjabat Pembantu Rektor II Unmul, berikutnya Ketua Program Magister Ilmu Hukum Unmul hingga Tahun 2012. Kemudian menjabat Ketua Kajian Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Unmul sampai beliau meninggal dunia.
***
Jika ada tokoh yang secara nama, momentum, figur dan aktivitasnya mempunyai keselarasan, Prof Sarosa tentu salah satunya. Nama Sarosa  berarti melambangkan pesona dan kharisma. Hamongpranoto berarti Hamong itu pembawa atau pembimbing penuh kasih sayang, Pranoto atau Pranata itu aturan tentang sesuatu. Prof Sarosa yang dosen atau guru pembimbing yang teduh penuh kasih sayang, berkharisma yang bergerak di pendidikan terkait aturan atau hukum.

Beliau yang lahir tanggal 1 Juni 1947 adalah bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, dan meninggal Hari Jumat hari terbaik, pada tanggal 2 Mei 2025 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.

Selamat Jalan Prof Sarosa, Selamat Jalan Guru Kami.(***)

Oleh : Sarkowi V Zahry

(Anggota DPRD Kaltim, Akademisi Untag 1945 Samarinda, Alumni Unmul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *