Search
Close this search box.

Zona Kukar: Unexpected, Unpredictable and Silent Work.

By. Dr. Muhammad Husni Fahruddin

ayoabaca.co, Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim telah selesai, terlepas adanya Perhitungan Suara Ulang (PSU) di beberapa TPS Kabupaten dan Kota, namun karena interval suara lebih dari 10% antara 01 Isran-Hadi dan 02 Rudy-Seno, terlampau jauh, sulit untuk membalik keadaan tersebut.

Apakah kemudian persoalan sengketa pemilu lainnya seperti money politic, dapat membatalkan kemenangan Rudy-Seno, ini tentu saja perlu pembuktian yang akhirnya harus berujung pada terstruktur, massive dan sistemik.

 

Pun, tindak pidana pemberian uang untuk memilih paslon tertentu terindikasi di lakukan oleh simpatisan kedua belah pihak, sebab tim hukum keduanya juga sedang menyiapkan laporan tersebut.

 

Secara hukum, pembuktian money politic ini, tidak bisa membuktikan keterlibatan paslon, bahkan tidak ada tim pemenangan resmi yang terlibat secara sah (maksudnya sah itu ada bukti otentik).

 

Teknik follow the money pun pasti terputus, tidak jelas itu uang asalnya dari mana. Bisa saja inisiatif seseorang yang menyukai paslon tertentu, kalau sudah cinta tai pun rasa coklat, uang pun tiada berguna, pasti diberikan untuk orang yang di cinta. Tentu saja tanpa sepengetahuan orang yang dicinta.

 

Hebatnya masyarakat Kaltim ini, perbedaan sedalam apapun, pasti diselesaikan melalui jalur hukum.

 

Urusan sengket pemilu dan hukum biarlah Bawaslu dan Aparat Penegak Hukum yang memeriksa dan memutuskan, kita manut saja.

 

Kembali ke laptop, persoalan berbaliknya suara, sesuai judul, diluar dugaan, diluar prediksi dan ini pasti kerja-kerja senyap yang cerdas.

 

Sebelum menganalisis suara di Kota Samarinda (simak ditulisan lanjutan ke 3), telisik dulu fenomena politik di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

 

Dari 20 kecamatan, kalau di pilah-pilah maka zona pesisir adalah zonanya dua para cawabup, yakni Rendi Solihin dan Ahmad Jais, zonasi tengah yang dibagi menjadi wilayah asal transmigrasi (luar Kaltim khususnya Jawa) adalah zonanya Alif sedangkan wilayah tengah lainnya sampai ke hulu Mahakam adalah wilayah Edi Damansyah, Dendi Suryadi dan Awang Yakub.

 

Sebagai petahana, Edi diprediksi dapat dominan di daerah hulu Mahakam, infrastruktur dan suprastruktur politik telah terbangun dengan baik, buktinya PDIP dapat menguasai di Pileg. Namanya juga kepala daerah, tentu selangkah lebih maju, mungkin berulang langkah telah jauh didepan.

 

Battle Zone terpusat di Kecamatan Tenggarong dengan suara paling besar. Tenggarong adalah kota yang dihuni kaum pelajar, ASN, dan pedagang. Kota ini sulit untuk di intervensi Edi, sosok petahana ini tidak populer karena secara umum dianggap opposite direction dengan Rita Widyasari.

 

Salah satu faktor keberuntungan Edi manakala APBD Kukar yang meningkat besar, 14 T lebih, sehingga bisa menjalankan hal yang tidak bisa di jalankan bupati sebelumnya, pembangunan fisik dan manusia menjadi meningkat, ini faktor X yang membuat edi dominan. Banyak proyek maka banyak orang yang bekerja dan diuntungkan, urusan perut mengalahkan segalanya. Follow the “perut”.

 

“Tenggarong” diprediksi milik Dendi, kok bisa? Mari kita diskusikan.

 

Jendral bintang dua ini, muncul di kancah perpolitikan kukar secara mendadak dan uniknya langsung di dukung oleh KIM Plus (mungkin karena minimnya tokoh yang bisa di munculkan), namun, faktor waktu yang singkat ini adalah kunci dari kegagalan DEAL, beneh-beneh pendak leh waktunya (bahasa Kutai).

 

Berbeda dengan Rudy Mas’ud yang sejak 2021 namanya sudah dipopulerkan sebagai cagub oleh Golkar. Sang Jendral, hanya dalam hitungan bulan, sudah harus sprint untuk menaikkan surveinya dirinya. Surveyor yang mainstrem, bukan yang amatir.

 

Dengan kondisi politik di Kota Tenggarong yang tidak menguntungkan Edi, maka “Idaman” fokus untuk berkampanye di bagian luar Kukar, untuk di Kota, pendekatan hiburan (konser musik dan festival budaya) adalah strategi jitu karena masyarakat memerlukan hiburan.

 

Sebenarnya IDAMAN menyadari Tenggarong adalah daerah yang sulit di taklukan sehingga perlu bom atom untuk membumi hanguskannya. Pileg 2024, PDIP dan Golkar tetap bersaing, dibantu koalisi parpol lainnya maka berbahaya untuk Edi.

 

DEAL, akronim untuk Dendi-Alif, suara diprediksi akan sangat kompetitif dan presisi dengan IDAMAN (Edi Damansyah), dengan mesin perang yang besar karena berkoalisinya parpol melalui KIM Plus ke DEAL, seharusnya kukar berbanding lurus dengan Kaltim (Pilgub) Paslon Rudy-Seno.

 

Faktanya, besaran suara berbanding terbalik, salah satu penyebabnya karena Dendi bukan kader tulen Partai Golkar, sehingga kurang populer di akar pohon beringin, bahkan ketika di umumkan bahwa Dendi telah ber-KTA Golkar pun, tidak pernah sama sekali Dendi berkostum kuning Partai Golkar sehingga banyak kader dan simpatisan Golkar yang tidak mahfum bahwa Dendi ketika menerima Rekomendasi Golkar sebagai Calon Bupati telah masuk menjadi kader Golkar.

 

Kurang panasnya mesin-mesin KIM Plus di Kukar khususnya Golkar membuat tidak tertatanya gerakan di akar rumput, ini berbeda dengan gerakan mesin partai untuk Pilgub.

 

Sosialisasi Pilgub melalui Golkar Kaltim, sangat gencar, dengan seringnya melaksanakan rapat koordinasi dan konsolidasi, sampai ke tingkat Kabupaten dan Kota se Kaltim bahkan sampai di tingkat RT, terbukti munculnya kembali POKKAR (kelompok kerja penggalangan kader) yang berbasis di tingkat RT. Bahkan gerakan ini menuntun kader harus aktif membina dan melaksanakan kampanye door to door.

 

Ketika, IDAMAN telah memantapkan konsolidasi pemenangan di pinggiran Kukar (mengepung kota melalui desa) yakni di pesisir pantai dan hulu mahakam, barulah serangan udara secara intens dilakukan di kota Tenggarong, terakhir, kampanye akbar IDAMAN dengan konser musiknya penuh sesak, sebelas dua belas saja dengan kampanye akbar Rudy-Seno yang dihadiri puluhan ribu peserta.

 

Kenapa kampanye akbar terakhir ini penting, karena kemeriahannya bisa mempengaruhi psikologi pemilih, tapi mengapa tidak berpengaruh terhadap Isran-Hadi ketika IDAMAN melaksanakan konser akbar.

 

Begitu juga ketika kampanye akbarnya Rudy-Seno, tidak mampu menggiring pikiran pemilih untuk memilih DEAL.

 

Penyebab utamanya adalah aturan KPU, sebab yang berkampanye tidak diperkenankan mengkampanyekan paslon lain, inilah yang membuyarkan penggiringan psikologi untuk memilih Isran-Hadi oleh IDAMAN dan DEAL oleh Rudy-Seno. Mulut jurkam membisu menyebutkan paslon lainnya, kena semprit.

 

Tim Rudy-Seno pandai memanfaatkan momentum. Faktor Debat Publik yang di laksanakan KPU, menjadi ajang menaikan popularitas Rudy-Seno, walaupun secara kualitas Rudy-Seno sangat baik menyampaikan visi, misi dan program kerjanya, namun terpenting, Rudy-Seno tidak terpancing dengan aksi panggung Isran-Hadi bahkan mampu menarik manfaat dari hal tersebut.

 

Debat pada tahun 2018, karakteristik panggung Isran kurang lebih sama dengan tahun 2024 ini, (penulis sebagai ketua tim pemenangan Sofyan Hasdam – Rizal Effendi saat Pilgub 2018).

 

Namun, style Hadi Mulyadi di tahun 2024 jauh berubah, magnet Isran sangat kuat melekat pada diri Hadi, sehingga cenderung, menyampaikan pembenaran atas gaya dan opini Isran, pada saat debat atau pada saat berkomentar bukan bersikap meluruskan atau pelan-pelan membenarkan seperti tahun 2018 silam (supaya Isran tidak tersinggung).

 

Rudy-Seno cerdas dengan menjadikan dirinya paslon yang terdzolimi dan direndahkan, psikologi masyarakat kaltim yang anti terhadap “ketidakmanusiawian” membuat banyak momentum yang di dapatkan tim kreatif Rudy-Seno memainkan peran protagonis, atraktif dan dramatik. Dan ini viral keras di media sosial yang akhirnya mampu mempengaruhi psikologi masyarakat Kaltim.

 

Berbeda dengan Dendi-Alif, banyak momentum yang bisa di jadikan bahan untuk mengupgrade popularitas, namun tidak di boomingkan oleh tim pemenangan, ajang debat publik juga tidak di kemas dengan mujarab, sebaliknya pihak IDAMAN memainkan peran paslon yang layak untuk kembali memimpin Kukar.

 

Objek persoalan Mahkamah Konstitusi dan warna kuning-merah tidak di blowup dengan maksimal, tampaknya politik Toto Tentrem Kerto Raharjo yang digunakan DEAL.

 

Kemampuan menjalankan stratak kampanye, sosialisasi, program kerja, serta menggerakan mesin partai, tidak terlepas dari kesiapan logistik yang dimiliki paslon, dan semua metode untuk mempengaruhi si pengambil paku untuk mencoblos kertas di dalam kardus suara di tentukan oleh “serangan darat”.

 

Serangan darat harus tertata, oleh karenanya jauh hari sebelumnya di kampanyekan melalui serangan udara, terbukti mendekati hari H, 27 November, tidak ada pertempuran besar seperti yang di perkirakan, yang tergambar di Kota Tenggarong hanyalah perang Soviet melawan Ukraina yang di dukung banyak negara sekutu, namun hanya Soviet yang menjatuhkan rudal, drone dan artileri berat, sedangkan Ukraina tidak memiliki persenjataan modern terkecuali di bantu oleh Amerika dan sekutunya, yang saat hari H lagi sibuk bertempur di timur tengah. Akhirnya Tenggarong luluh lantah untuk IDAMAN.

 

Tim Rudy-Seno memahami keadaan yang menyelimuti paslon DEAL, sehingga mengambil langkah taktis dengan melakukan kerja senyap alias bergerilya, menawarkan program gratis poll, dengan kata lain, APBD Kaltim untuk rakyat bukan untuk pejabat, jalan mulus dari Samarinda, Kukar, Kubar sampai Mahulu.

 

Perang gerilya ini adalah metode bertempur hemat, cukup sesekali keluar dengan sedikit menembakkan APK ringan dan terkadang menghunuskan bambu runcing, sudah bisa membunuh lawannya, yang pada akhirnya dapat meyakinkan masyarakat di Kukar untuk memilih Rudy-Seno, apalagi faktualnya, Isran-Hadi menggunakan pola serangan darat yang bersifat terbatas karena meyakini ada IDAMAN yang pasti melakukan serangan kuat yang menguntungkan bagi mereka. Tandem atau join antara pilbup dan pilgub di Kukar tidak terjadi, bernyanyi bersama tapi gaji berbeda.

 

Kunci kemenangan Rudy-Seno di Kukar adalah pembacaan komprehensif 14 hari sebelum hari H, dengan melihat hasil survei dan laporan tim dilapangan, bahwa Rudy-Seno masih kalah sekitar 10% dibandingkan Isran-Hadi, dengan notes khusus bahwa trend yang memilih Rudy-Seno semakin meningkat dan sebaliknya trend yang memilih Isran-Hadi semakin menurun.

 

Kemampuan tim untuk me-silent-kan kerja-kerja politik dan kemampuan meyakinkan lawan bahwa Rudy-Seno lemah dan kalah di Kukar, yang merupakan basis Isran-Hadi plus Edi-Rendi, membuat overconfidence disitulah titik awal sebuah kemenangan Rudy-Seno.

 

Nasi sudah menjadi bubur tapi Jangan salahkan orang yang membuat bubur, salahkan diri sendiri karena menyukai nasi yang sengaja dibuat menjadi bubur.

 

Lebah 🐝 itu sakit bila menyengat, namun madunya lebah 🐝 sangat berkhasiat, begitu juga pengalaman gagal itu sangat sakit bila dirasakan tetapi menjadi berkhasiat apabila di jadikan hikmah.

 

Salam sehat dan kompak untuk DEAL dan AYL-AHZA. Tetap semangat untuk Kukar sejahtera.

 

Selamat dan sukses IDAMAN, semoga dapat melaksanakan amanah masyarakat Kukar. Jangan ada warna-warnaan lagi yoh Densanak Tuha.

 

Tulisan berakhir tapi bukan yang terakhir, simak kelanjutannya….

 

Kota Raja, 1 Desember 2024

*Sekretaris Golkar Kaltim, Ketua Fraksi Golkar DPRD Kaltim, Ketum Laskar Kebangkitan Kutai (LKK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *